Gigi susu tidak tumbuh sekaligus namun secara bertahap menembus gusi selama 2 ½ tahun pertama sejak kelahiran. Biasanya yang tumbuh pertama kali adalah keempat gigi depan yaitu dua di rahang atas dan dua di rahang bawah. Sebagian besar anak-anak sudah lengkap semua giginya pada saat berusia 3 tahun.
Gigi susu berukuran lebih kecil dibanding gigi permanen pada orang dewasa. Supaya gigi permanen bisa muat menempati ruang yang ditinggalkan gigi susu yang telah tanggal, rahang terus menerus mengalami pertumbuhan. Gigi susu mulai tanggal saat anak berusia 6-7 tahun, dan prosesnya terus berlanjut hingga usia 12 tahun. Gigi yang tanggal pertama kali adalah gigi seri (depan) atas dan bawah, yang akan digantikan oleh gigi seri permanen.
Gigi susu adalah guidance atau panduan bagi pertumbuhan gigi tetap. Jadi meski sifatnya “sementara” dan nantinya akan diganti oleh gigi permanen namun harus tetap dijaga dan dipelihara kesehatannya. Gigi susu yang tanggal terlalu dini akan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen. Gigi tersebut sudah tanggal sebelum saatnya dan benih gigi permanennya belum siap untuk tumbuh, sehingga gigi permanen kehilangan panduan. Itulah salah satu sebabnya pada sebagian orang ada yang giginya berjejal, tumpang tindih, atau keluar dari lengkung rahang.
Seorang anak membutuhkan gigi yang kuat dan sehat, di mana gigi tersebut tidak saja penting untuk mengunyah makanan tapi juga untuk pengucapan kata-kata. Gigi-gigi susu yang rusak karena karies pastinya menyebabkan anak sedikit kesulitan mengunyah, atau bahkan malas makan sehingga akhirnya akan mempengaruhi status gizinya. Orang tua sangat perlu menyadari hal ini karena kebanyakan orang tua berpikir bahwa jika terjadi karies pada gigi susu tidak perlu ditambal karena toh nantinya akan digantikan oleh gigi permanennya. Padahal infeksi dari gigi susu yang karies dapat merusak gigi permanen yang sedang tumbuh di bawah akar gigi susu.
Karies yang terjadi pada gigi susu anak paling banyak disebabkan oleh penggunaan botol yang berisi susu atau minuman manis yang diberikan untuk pengantar tidur. Pada saat manusia tidur, produksi air liur menurun sedangkan air liur memiliki banyak fungsi salah satunya adalah membilas sisa-sisa makanan dan membawanya ke kerongkongan untuk ditelan. Oleh karena itu air susu yang tergenang di permukaan gigi anak tetap menempel saat anak tidur dan menjadi makanan bagi bakteri di dalam mulut, sehingga terjadilah karies.
Orang tua sangat berperan dalam membantu mengurangi resiko terjadinya karies pada gigi susu. Jangan biasakan bayi atau balita tertidur sambil minum dari botol yang berisi susu, jus buah atau minuman manis lainnya. Selain itu, hindari kebiasaan mencelup dot dalam minuman manis atau madu sebelum diberikan kepada anak, melainkan berikan dot yang bersih.
Bila anak meminta susu menggunakan botol sebelum tidur, bujuk dan biasakan untuk minum air putih sesudah ia minum susu. Atau bila anak sulit dibujuk, ibunyalah yang harus membersihkan gigi dan gusinya dengan kain bersih atau kasa yang basah saat ia tidur setelah minum susu botol. Mulailah kebiasaan menyikat gigi anak dengan air sedini mungkin begitu gigi mulai tampak menembus gusi. Bila anak belum mampu meludah, cukup gunakan air saja dan tidak perlu menggunakan pasta gigi. Semakin berkembangnya iptek, pasta gigi untuk anak saat ini aman bila ada sedikit bagian yang tertelan, namun anak tetap harus diajari untuk meludah dan berkumur untuk membuang sisa odol. Tentu saja dibutuhkan kejelian ibu dalam memilih pasta gigi anak.
Biasakan menyikat gigi bersama-sama dengan si anak, untuk memberi contoh dan teladan. Cara ini biasanya lebih ampuh dalam membiasakan anak mau menggosok gigi sedini mungkin, ketimbang ibu atau ayah hanya memberi perintah saja. Temani dan awasi anak saat menyikat gigi, dan hindari kebiasaan anak jajan atau makan makanan yang lengket di antara waktu makan!
sumber: klikdokter(dot)com