Masalah-masalah yang dialami pada 3 bulan pertama kehamilan, menurut peneliti, akan meningkatkan risiko melahirkan prematur serta kesulitan-kesulitan lainnya, baik pada kehamilan sekarang maupun kehamilan berikutnya. Data dari 75 studi menunjukkan, sejarah pernah mengalami keguguran berkaitan dengan melahirkan prematur pada kehamilan yang akan datang.
![]() |
| Morning Sick |
Morning sickness (mual dan muntah) yang ekstrim di awal kehamilan juga berkaitan dengan risiko 3 kali lebih besar menjalani proses melahirkan prematur serta hampir 3 kali lipat meningkatkan risiko memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah. Sementara sejarah pernah mengalami sekali atau lebih keguguran, juga memiliki risiko hampir 2 kali lipat terus-menerus mengalami kehamilan dengan kerusakan membran yang mengelilingi bayi di rahim, sebelum waktunya. Hal ini akan meningkatkan risiko melahirkan prematur. Selain itu, jika kehamilan sebelumnya terpaksa diakhiri dengan alasan apapun, maka kehamilan-kehamilan berikutnya berisiko mendorong melahirkan prematur.
Meskipun studi tidak menyatakan penyebab peningkatan risiko pada kehamilan berikutnya, para ilmuwan menyatakan hal ini berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan dan faktor gaya hidup.
Monitoring
Menurut pemimpin studi Dr Robbert van Oppenraaij, komplikasi-komplikasi pada masa yang akan datang berkaitan dengan tingkat keparahan dan pengulangan masalah-masalah yang muncul di awal kehamilan."Kejadian-kejadian dan komplikasi-komplikasi pada awal kehamilan merupakan komplikasi yang paling umum dialami perempuan selama masa kehamilan dan bisa menjadi pemicu stres pada perempuan tersebut," tutur Oppenraaij, seperti dikutip situs bbc.
Karena itu, terang dia, para dokter diharapkan bisa mengenali dan mengartikan gejala-gejala dan memahami tidak hanya untuk jangka pendek, tetapi juga konsekuensi jangka panjang dari komplikasi-komplikasi pada awal kehamilan ini."Artinya, pasien-pasien ini harus dimonitor secara khusus," tegas Oppenraaij.

