Penyakit Gigi dan Mulut Berdampak pada Proses Pertumbuhan Anak

blogger templates
Penyakit gigi dan mulut akan berdampak pada proses tumbuh kembang anak? Anak-anak yang terkena penyakit gigi dan mulut anak-anak rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar. Anak pun akan enggan beraktivitas fisik.

Sehubungan dengan itu, berikut adalah beberapa masalah gigi susu yang sering dijumpai pada anak dan cara mengatasinya:

1.      Gigi Berlubang
Lubang gigi, disebut juga karies gigi, disebabkan karena infeksi bakteri. Jika tidak dirawat, lubang gigi akan semakin besar dan dalam hingga akhirnya infeksi mencapai persyarafan gigi. Lama kelamaan gigi menjadi mati (non-vital).

Jika ada gigi yang berlubang,  anak pun akan mengalami kesulitan mengunyah makanan. Apabila kejadian ini berlanjut, bisa berujung pada penurunan nafsu makan dan dalam jangka panjang anak dapat mengalami kurang gizi. Selain itu infeksi gigi yang berlanjut ke jaringan lunak dapat menyebabkan terjadinya abses (seperti bisul berisi nanah).
Penanganan:
Segera periksakan ke dokter gigi agar dapat ditangani oleh dokter Anda sedini mungkin. Meski akan digantikan dengan gigi tetap/permanen, gigi susu yang berlubang harus tetap dirawat karena gigi susu berfungsi sebagai panduan untuk pertumbuhan gigi tetapnya nanti.

Dokter akan menjelaskan berbagai alternatif yang sesuai dengan masing-masing kasus untuk penanganan lubang gigi pada anak. Bergantung pada tingkat keparahan kasus, perawatannya dapat berupa tindakan pencegahan, penambalan, atau perawatan syaraf jika infeksi sudah mencapai rongga syaraf gigi (pulpa gigi). Jika gigi sudah tidak dapat dipertahankan lagi maka terpaksa dilakukan pencabutan.

2.       Gigi Tidak Rata
Gigi bisa menjadi tidak rata jika ada gigi susu yang tanggal secara dini sebelum waktunya, dan mengakibatkan gigi tetap/permanen yang menggantikannya kehilangan panduan untuk tumbuh. Akhirnya gigi tumbuh diluar posisi yang normal. Selain itu bisa juga terjadi gigi tetap tumbuh di belakang/depan gigi susu yang seharusnya sudah tanggal. Gigi menjadi berjejal dan makanan yang terjebak sulit dibersihkan. Jika tidak dibersihkan dengan baik, daerah ini beresiko mengalami karies gigi.

Penanganan:
Jika ada salah satu gigi susu yang tanggal secara dini, ruangan bekas gigi yang dicabut harus tetap dipertahankan untuk tempat pertumbuhan gigi tetapnya nanti. Dokter gigi akan mencetak gigi pasien dan membuatkan alat yang disebut “space maintainer”. Gigi yang posisinya tidak rata juga dapat diperbaiki dengan perawatan orthodontik yaitu menggunakan kawat gigi (awam menyebutnya behel). Namun untuk pasien anak-anak sebaiknya perawatan orthodontik dilakukan oleh dokter gigi spesialis gigi anak (drg. Sp.KGA).

3.       Gigi Susu Tinggal Akar
Anak yang terbiasa minum susu botol, terutama sebagai pengantar tidur, umumnya mengalami karies yang disebut karies rampan. Ciri khasnya adalah hampir seluruh mahkota gigi depan rusak dan tinggal akarnya saja. Akar gigi rusak tersebut sebaiknya dicabut, sebab berpotensi menjadi tempat berkumpulnya kuman penyebab infeksi yang menyebabkan terjadinya  pembengkakan atau tonjolan seperti bisul di gusi (abses). Abses  ini berisi nanah penuh kuman yang sangat mungkin menyebar lewat pembuluh darah menuju organ-organ vital seperti ginjal, jantung, hingga ke otak (focal infection).  

Penanganan:
Pasien anak yang mengalami karies rampan  biasanya diobservasi oleh dokter gigi. Apabila dilakukan pencabutan, dokter gigi menganjurkan dibuatkan space maintainer untuk mencegah terjadi pertumbuhan gigi tetap yang tak beraturan.

4.       Gigi Maju (Tonggos)
Anak dengan kebiasaan buruk tertentu seperti menghisap jari, bibir bawah atau dot lebih beresiko untuk memiliki gigi tonggos. Pada saat anak melakukan gerakan menghisap, jari akan memberi tekanan pada langit-langit mulut serta menyebabkan gigi terdorong ke depan. Namun tingkat keparahannya sangat bergantung pada durasi (berapa lama kebiasaan dilakukan setiap harinya), posisi jari, dan jangka waktunya apakah dilakukan secara terus menerus. Jika kebiasaan buruk ini cepat dihentikan, masih ada kemungkinan posisi gigi akan baik dengan sendirinya (self-correction). Makin lama kebiasaan ini dilakukan, makin sulit untuk baik dengan sendirinya dan mungkin membutuhkan perawatan khusus.

Penanganan:
Diperlukan analisa dan observasi untuk menentukan perawatan yang tepat, namun gigi yang tonggos memang disebabkan kebiasaan buruk seperti mengempeng maka sebisa mungkin diusahakan untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Setelah pemeriksaan yang menyeluruh baru dapat dipastikan apakah diperlukan perawatan, semisal perawatan orthodontik untuk memperbaiki posisi gigi depan yang maju.

Pencegahan dari masalah-masalah gigi susu tersebut di antaranya adalah biasakanlah untuk menggosok gigi bayi atau anak Anda minimal 2x sehari dengan pasta berfluor, sesudah sarapan dan sebelum tidur malam. Hilangkan juga kebiasaan anak yang suka mengemut makanan karena dapat berdampak pada penumpukan sisa makanan di permukaan gigi. Tidak ada salahnya jika memilih pasta gigi yang memiliki karakter rasa buah-buahan yang biasa kita temui di pasaran untuk memancing anak untuk rajin sikat gigi!













.