Sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tersebut, sosiologi memegang peranan penting dalam membantu memecahkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, konflik antar ras, kekerasan terhadap wanita dan anak-anak, dan lain-lain. Dalam hal ini sosiologi memang tidak terlalu menekankan pada pemecahan atau jalan keluar masalah-masalah tersebut, namun berupaya menemukan sebab-sebab terjadinya masalah itu. Usaha-usaha untuk mengatasi masalah sosial hanya mungkin berhasil apabila didasarkan pada kenyataan serta latar belakangnya. Di sinilah peranan sosiologi. Namun, peranan itu tidak akan terwujud tanpa didasari teori dan pemahaman akan ilmu sosiologi itu sendiri.
1. Pengertian Sosiologi
Secara etimologis, sosiologi berasal dari kata socius (bahasa Latin: teman) dan logos (bahasa Yunani: kata, perkataan, pembicaraan). Jadi secara harfiah, sosiologi adalah membicarakan, memperbincangkan teman pergaulan. Istilah sosiologi pertama kali dimunculkan oleh Auguste Comte (1798-1857), ahli filsafat bangsa Prancis, dalam bukunya "Course of Positive Philoshophy" (1842).
Menurut Auguste Comte, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat.
Berarti, obyek kajian sosiologi adalah masyarakat. (baca artikel tentang Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli)
Ilmu Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok mencakup keluarga, suku, bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi dan sosial
2. Objek Kajian Sosiologi
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia tersebut di dalam masyarakat. Sosiologi pada dasarnya mempelajari masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya.
3. Hakikat Sosiologi
- Sosiologi adalah suatu ilmu sosial.
- Sosiologi bukan merupakan disiplin ilmu yang normatif, melainkan kategoris. Artinya, sosiologi membatasi diri pada peristiwa yang terjadi dewasa ini. Bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science). Adapun yang dimaksud dengan pure science adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak serta hanya untuk mempertinggi mutu. Tujuan sosiologi adalah mendapatkan pengetahuan sedalam-dalamnya tentang masyarakat dan bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat.
- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak bukan konkret. Artinya, yang diperhatikan sosiologi adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam masyarakat.
- Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum.
- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan empiris dan rasional dilihat dari metode yang digunakan.
- Sosiologi adalah ilmu pengetahuan umum. Artinya, sosiologi mempelajari gejala umum dan selalu ada pada setiap interaksi antar manusia.
4. Sejarah Sosiologi
Pada abad ke-19, seorang ahli filsafat bangsa Prancis bernama Auguste Comte menulis beberapa buah buku yang berisi pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan-urutan tertentu berdasarkan logika, dan setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk kemudian mencapai tahap terakhir, yaitu tahap ilmiah. Dia mempunyai anggapan bahwa saatnya telah tiba semua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap terakhir, yaitu tahap ilmiah. Oleh sebab itu, dia menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri. Nama yang diberikannya saat itu adalah “Sosiologi” (1839). Lahirnya sosiologi tercatat pada tahun 1842 disaat Auguste Comte menerbitkan jilid terakhir dari bukunya yang berjudul Positive-Philosophy. August Comte kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.
Émile Durkheim, ilmuwan sosial Perancis, berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial
Seorang ahli filsafat dan ahli pikir kemasyarakatan dari Inggris, John Stuart Mill menyarankan istilah “ethology” bagi ilmu pengetahuan yang baru itu. Akan tetapi istilah tersebut tidak pernah populer di dalam masa-masa selanjutnya.
Sejak Herbert Spencer mengembangkan suatu sistematika penelitian masyarakat dalam bukunya yang berjudul Principles of Sociology setengah abad kemudian, istilah sosiologi menjadi lebih populer dan berkat jasa Herbert Spencer pula sosiologi berkembang dengan pesatnya. Sosiologi berkembang dengan pesat pada abad ke-20, terutama di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat, tetapi arah perkembangannya di ketiga negara tersebut berbeda satu sama lain. Walaupun John Stuart Mill dan Herbert Spencer merupakan orang Inggris, ilmu tersebut tidak begitu pesat perkembangannya di negara Inggris pada saat itu.
Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia. Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.
Dari Eropa, ilmu sosiologi kemudian menyebar ke benua dan negara-negara lain termasuk Indonesia.
Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Karya para sarjana Belanda yang mengambil masyarakat Indonesia sebagai perhatiannya dan mengandung unsur-unsur sosiologis adalah tulisan-tulisan Snouck hurgonje, C, van Volllenhoven, ter Haar, Duyvendak, dan lain-lain.
Sosiologi pada waktu itu (sebelum perang dunia kedua) dianggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain, sosiologi pada saat itu belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu lainnya.
Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta pada waktu itu merupakan saru-satunya lembaga perguruan tinggi yang sebelum perang dunia kedua memberikan kuliah-kuliah sosiologi di Indonesia dan hanya sebagai pelengkap bagi mata pelajaran ilmu hukum. Sosiologi yang dikuliahkan pada waktu itu sebagian besar bersifat filsafat sosial dan teoristis, berdasarkan buku-buku hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold von Wiese, Bierens de Haan, Steinmetz, dan sebagainya.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudian menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM). Beliau memberika kuliah dalam bahasa Indonesia ini merupakan suatu yang baru, karena sebelum perang dunia ke dua semua perguruan tinggi diberikan dalam bahasa Belanda.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun pecahnya revolus fisik. Buku tersebut berjudul Sosiologi Indonesia oleh Djody Gondokusumo, memuat tentang beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang mempunyai Fakultas Sosial dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat ini belum ada Universitas yang mengkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan Politik UGM, UI, dan UNPAD.
Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesia belum mendapat tempat yang sewajarnya, oleh karena masyarakat masih percaya pada angka-angka yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan mungkin melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing manusia memiliki kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang mencakup beratus suku.
5. Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran serta selalu dapat diperika dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Unsur-unsur ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
- Pengetahuan (knowledge) adalah kesan yang timbul dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya.
- Tersusun secara sistematis. Sistematis berarti urut-urutan tertentu dari unsur-unsur yang merupakan satu kebulatan.
- Menggunakan pemikiran. Pemikiran adalah proses cara berpikir dengan menggunakan otak.
- Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif). Pada tahap ini ilmu pengetahuan harus dapat dikemukakan dan diketahui umum, sehingga dapat diperiksa serta ditelaah oleh umum yang mungkin berbeda paham dengan ilmu pengetahuan yang dikemukakan.
Dengan memperhatikan rumusan ilmu pengetahuan di atas, jelaslah bahwa sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur ilmu pengetahuan. Adapun ciri-ciri sosiologi adalah sebagai berikut:
- Sosiologi bersifat teoritis, berusaha menyusun abstraksin dari hasil-hasil observasi.
- Sosiologi bersifat empiris, dalam melakukan kajian tentang masyarakat didasarkan pada hasil observasi dan tidak spekulatif.
- Sosiologi bersifat kumulatif, teori sosiologi dibentuk berdasarkan pada teori yang sudah ada sebelumnya dalam arti, memperbaiki, mempertajam, dan memperhalus teori terdahulu.
- Sosiologi bersifat non etis, yang dilakukan bukan mencari baik buruknya fakta tetapi menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
6. Ruang Lingkup Kajian Sosiologi
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi. Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkungan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:
- Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
- Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
- Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.
7. Metode Penelitian Sosiologi
(selengkapnya baca artikel tentang Metode Penelitian dalam Sosiologi)
1. Metode statistik
Metode ini biasanya digunakan untuk mengetahui pengaruh kausalitas serta memperkecil prasangka pribadi.
2. Metode eksperimen
Metode ini dapat dihilangkan dengan dua kelompok, yang satu berperan sebagai eksperimen sedangkan yang satu lagi sebagai kontrol.
3. Metode survei lapangan
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data yang ada di lapangan atau masyarakat secara langsung.
4. Metode empiris dan rasionalistis
Metode empiris berdasarkan pada fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Metode rasionalistis berdasarkan pada pemikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah sosial kemasyarakatan.
5. Metode partisipasi
Metode ini digunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang kehidupan kelompok.
6. Metode fungsionalisme
Metode ini bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial.
7. Metode studi kasus
Digunakan untuk mengetahui kebenaran peristiwa-peristiwa tertentu.
8. Metode induktif dan deduktif
Metode induktif adalah metode yang digunakan untuk memperoleh kaidah umum. Metode deduktif adalah metide yang digunakan untuk memperoleh kaidah khusus.
9. Metode studi pustaka
Metode dengan mengumpulkan data melalui literatur di perpustakaan.
8. Cabang-Cabang Sosiologi
- Sosiologi agama
- Sosiologi budaya
- Sosiologi demografi
- Sosiologi ekonomi
- Sosiologi hukum
- Sosiologi ilmu
- Sosiologi industri
- Sosiologi internet
- Sosiologi jejaring sosial
- Sosiologi jenis kelamin
- Sosiologi kejahatan
- Sosiologi kelas
- Sosiologi keluarga
- Sosiologi kesehatan
- Sosiologi kota
- Sosiologi lingkungan
- Sosiologi pendidikan
- Sosiologi pengetahuan
- Sosiologi politik
- Sosiologi hukum
- dll
Artikel bermanfaat lainnya:
Sumber: |
1. Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada |
2. Sosiologi (id.wikipedia.org) |
3. Mengenal Sosiologi (sosiologipendidikan.blogspot.com) |
4. Sejarah Perkembangan Sosiologi (unknown-mboh.blogspot.com) |
Semoga bermanfaat, Tetap Semangat! | Materi Pelajaran